Tak jarang kita secara berkala menetapkan tujuan baru atau target-target baru, namun pada akhirnya secara berkala pula lah kita gagal untuk mencapainya.
Akhirnya mengatakan pada diri sendiri bahwa kita hanya belum siap dan akan melakukannya minggu depan, bulan depan tahun depan.dst. Penundaan pun seolah jadi satu kelaziman yang mendapat legitimasi pembenaran.
Kita bahkan mungkin mengejar tujuan dengan semangat di awal. Tapi setelah kita melakukan sedikit usaha, kita akan mengirim sinyal ke diri sendiri dengan mengatakan, sudah cukup dan sudah waktunya untuk menghentikan komitmen perubahan yang telah dibuat di awal tadi.
Mengapa selalu berubah seperti ini? Jawabannya cukup jelas, karena kita mencoba untuk mencapai terlalu banyak, terlalu cepat, dan akhrinya tidak kuat bertahan dalam kesakitan atas sebuah tanggung jawab baru hingga sulit untuk mengubah kebiasaan lama dan mencoba sesuatu yang baru.
Terdapat satu praktek Kaizen yang mencakup gagasan 'prinsip satu menit' untuk perbaikan diri. Di jantung dari metode ini adalah gagasan bahwa seseorang harus berlatih melakukan sesuatu untuk satu menit saja setiap hari pada waktu yang sama.
Harusnya tidak ada masalah bagi siapapun, bahkan orang pemalas sekalipun, jika harus melaksanakan tugas yang hanya memakan waktu dalam jumlah yang kecil.
Dengan mengambil satu langkah kecil pada suatu waktu, kita akan berpindah ke jalan kesempurnaan diri dan mencapai hasil yang bagus, ini sangat penting untuk mengatasi kurangnya kepercayaan atas kemampuan diri dan membebaskan diri dari perasaan bersalah dan tak berdaya.
Kita perlu mengalami rasa kemenangan dan keberhasilan untuk bergerak maju. Ketika kita terinspirasi oleh perasaan seperti itu, kita secara bertahap akan mulai meningkatkan jumlah waktu yang kita habiskan dan secara sadar melakukan tugas yang telah kita tentukan sendiri.
Mungkin pada awalnya hanya untuk satu menit, tapi kemudian ini akan segera berubah menjadi setengah jam, dan kemudian bahkan lebih lama dari itu.
Dengan cara ini, prinsip satu menit memungkinkan kita melihat kemajuan kita menjadi lebih jelas di depan mata.
Kaizen berasal dari bahasa Jepang. Kata itu sendiri mengandung dua akar - 'kai' (perubahan) dan 'zen' (kebijaksanaan). Hal ini ditemukan oleh Masaaki Imai, yang percaya filosofi ini dapat dapat diterapkan dengan sukses untuk dunia bisnis karena bisa diterapkan di kehidupan pribadi seseorang.
Pada awalnya, praktek ini terlihat meragukan dan tidak efektif untuk orang-orang yang telah terbiasa dalam budaya Barat, dimana kuatnya penekanan pada gagasan bahwa hasil hanya dapat dicapai dengan melakukan upaya yang besar, tapi rumit,
Program menantang dari perbaikan diri yang memerlukan energi dalam jumlah yang besar hanya dapat berakhir pada kelelahan dan frustasi, serta meninggalkan hasil yang tidak nyata.
Sedangkan Kaizen adalah sesuatu yang setiap orang dapat mencoba di hampir semua bidang kehidupan mereka. Di Jepang misalnya, sering diterapkan untuk meningkatkan teknik manajemen.
Yang harus kita lakukan adalah memahami apa yang kita ingin capai, dan bersiap untuk suatu perubahan, sekecil apapun.
------
Sumber : E-Buddhism.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar