Mengapa benalu bisa hidup di atas tanaman lain.
Pohon Benalu (Loranthus eurpaeus), itu adalah sejenis parasit tumbuhan yang hidupnya memang selalu bergantung kepada tanaman lainnya yang berfungsi sebagai induk semang. Tanaman ini tumbuh dengan cara menginvasikan akarnya ke dalam batang tanaman induk, mengisap air dan mineralnya untuk kepentingan pertumbuhannya sendiri sehingga sangat merugikan.
Tidak berhenti hingga di sana, jika benalu ini berhasil tumbuh besar, bukan saja ia membuat tumbuhan induk semakin kurus, namun daun benalu yang sekarang tumbuh semakin subur, besar besar dan rindang juga sekaligus menghalangi daun tanaman induk yang kecil dan kurus untuk mendapatkan sinar matahari.
Seorang sahabat bertanya "Apakah ada orang yang hidupnya seperti pohon benalu? Selalu bergantung kepada orang lain?”
Saya tertawa lalu bernyanyi...
lagu dalam bahasa bali..
“Ada senggak punyan kepasilan. Idup nyane setata megandong….” (artinya : Ada perumpaan si pohon kepasilan/ benalu. Hidupnya senantiasa digendong..)
Sepenggal lagu rakyat Bali ini berisi nasihat agar kita jangan meniru perbuatan si pohon kepasilan (benalu) yang hidupnya selalu menggantungkan diri pada orang lain. Intinya sebagai manusia yang telah dikaruniai tubuh, anggota badan yang sama dengan orang lain, hendaklah kita jangan bermalas-malasan belajar & bekerja, kurang keras berusaha dan selalu mengatakan diri kurang beruntung, lalu selalu meminta kepada orang lain untuk membantu kita & membiayai hidup kita. Kita hidup santai & enak-enakan, sementara orang lain harus membanting tulang kerja keras siang dan malam untuk ikut membantu membiayai makan & gaya hidup kita. Kita semua dikaruniai anggota tubuh yang sama (satu otak, dua mata, dua telinga, satu mulut, dua tangan, dua kaki, dst – semuanya sama,– tentu sama sekali tidak adil dan tidak baik perbuatan kita itu.
Tidak diharapkan bagi mereka untuk bekerja keras dan mandiri jika belum saatnya, atau jika memang mereka sama sekali tidak mampu. Itu semua merupakan tanggung jwb orang tua/keluarga terdekatnya. Karena itu adalah masalah ketidakmampuan.
Tapi jika kita sebenarnya masih mampu bekerja, masih sehat, memiliki anggota tubuh yang lengkap, berusaha keraslah untuk bisa mendiri agar jangan selalu meminta bantuan kepada orang lain yang belum tentu lebih sehat dari kita. Jadi bedanya disini hanya masalah kemauan dan usaha keras untuk menjadi mandiri saja. Bukan soal kemampuan. Kadang –kadang hanya faktor gengsi. Merasa berasal dari keluarga terhormat, terpandang lalu tidak mau bekerja keras karena merasa pekerjaan itu tidak layak untuknya. Padahal, cobalah kita tengok ke sekeliling kita, orang orang yang mau bekerja apa saja (tidak harus bekerja di sektor formal), semuanya jauh lebih terhormat dibandingkan mereka yang tidak mau berusaha keras dan hanya menganggur menantikan pekerjaan manajer bergaji puluhan juta yang tak kunjung datang. Banyak orang yang sukses sesungguhnya datang dari mereka yang tidak gengsi melakukan pekerjaan apapun yang penting halal, berusaha keras dan konsisten sehingga pada akhirnya mereka sukses. Bukan saja mampu untuk menghidupi dirinya sendiri, namun juga mampu menghidupi orang lain.
“ Aku tidak mau jadi pohon benalu. Menyusahkan orang lain!. Itu tidak baik” Kata sahabat saya.
“ Aku juga tidak mau. Bukan lagi menyusahkan, tapi merugikan!” tambahnya
“Iya. Tapi itulah isi dunia. Kemanapun kita pergi, selalu ada yang baik dan selalu ada yang kurang baik. Yang penting kita berusaha mengurangi ketidak-baikan di dalam diri kita. Begitu kita menyadari ada yang kurang baik dalam diri kita, maka kita harus berusaha keras untuk merubahnya menjadi baik. Sehingga timbangan kebaikan kita jauh lebih berat dibandingkan kekurangbaikan kita ” Kata saya menasihati sahabat saya sekaligus diri saya sendiri. Saya berharap suatu saat ketika kita mengingat kisah tentang si pohon kepasilan ini .Kita Lebih Memikirkan yang terbaik untuk sI pohon bukan yg terbaik untuk diri kita masing-masing. .
Perjalanan hidupnya masih panjang…lakukan yang terbaik
Pohon Benalu (Loranthus eurpaeus), itu adalah sejenis parasit tumbuhan yang hidupnya memang selalu bergantung kepada tanaman lainnya yang berfungsi sebagai induk semang. Tanaman ini tumbuh dengan cara menginvasikan akarnya ke dalam batang tanaman induk, mengisap air dan mineralnya untuk kepentingan pertumbuhannya sendiri sehingga sangat merugikan.
Tidak berhenti hingga di sana, jika benalu ini berhasil tumbuh besar, bukan saja ia membuat tumbuhan induk semakin kurus, namun daun benalu yang sekarang tumbuh semakin subur, besar besar dan rindang juga sekaligus menghalangi daun tanaman induk yang kecil dan kurus untuk mendapatkan sinar matahari.
Seorang sahabat bertanya "Apakah ada orang yang hidupnya seperti pohon benalu? Selalu bergantung kepada orang lain?”
Saya tertawa lalu bernyanyi...
lagu dalam bahasa bali..
“Ada senggak punyan kepasilan. Idup nyane setata megandong….” (artinya : Ada perumpaan si pohon kepasilan/ benalu. Hidupnya senantiasa digendong..)
Sepenggal lagu rakyat Bali ini berisi nasihat agar kita jangan meniru perbuatan si pohon kepasilan (benalu) yang hidupnya selalu menggantungkan diri pada orang lain. Intinya sebagai manusia yang telah dikaruniai tubuh, anggota badan yang sama dengan orang lain, hendaklah kita jangan bermalas-malasan belajar & bekerja, kurang keras berusaha dan selalu mengatakan diri kurang beruntung, lalu selalu meminta kepada orang lain untuk membantu kita & membiayai hidup kita. Kita hidup santai & enak-enakan, sementara orang lain harus membanting tulang kerja keras siang dan malam untuk ikut membantu membiayai makan & gaya hidup kita. Kita semua dikaruniai anggota tubuh yang sama (satu otak, dua mata, dua telinga, satu mulut, dua tangan, dua kaki, dst – semuanya sama,– tentu sama sekali tidak adil dan tidak baik perbuatan kita itu.
Tidak diharapkan bagi mereka untuk bekerja keras dan mandiri jika belum saatnya, atau jika memang mereka sama sekali tidak mampu. Itu semua merupakan tanggung jwb orang tua/keluarga terdekatnya. Karena itu adalah masalah ketidakmampuan.
Tapi jika kita sebenarnya masih mampu bekerja, masih sehat, memiliki anggota tubuh yang lengkap, berusaha keraslah untuk bisa mendiri agar jangan selalu meminta bantuan kepada orang lain yang belum tentu lebih sehat dari kita. Jadi bedanya disini hanya masalah kemauan dan usaha keras untuk menjadi mandiri saja. Bukan soal kemampuan. Kadang –kadang hanya faktor gengsi. Merasa berasal dari keluarga terhormat, terpandang lalu tidak mau bekerja keras karena merasa pekerjaan itu tidak layak untuknya. Padahal, cobalah kita tengok ke sekeliling kita, orang orang yang mau bekerja apa saja (tidak harus bekerja di sektor formal), semuanya jauh lebih terhormat dibandingkan mereka yang tidak mau berusaha keras dan hanya menganggur menantikan pekerjaan manajer bergaji puluhan juta yang tak kunjung datang. Banyak orang yang sukses sesungguhnya datang dari mereka yang tidak gengsi melakukan pekerjaan apapun yang penting halal, berusaha keras dan konsisten sehingga pada akhirnya mereka sukses. Bukan saja mampu untuk menghidupi dirinya sendiri, namun juga mampu menghidupi orang lain.
“ Aku tidak mau jadi pohon benalu. Menyusahkan orang lain!. Itu tidak baik” Kata sahabat saya.
“ Aku juga tidak mau. Bukan lagi menyusahkan, tapi merugikan!” tambahnya
“Iya. Tapi itulah isi dunia. Kemanapun kita pergi, selalu ada yang baik dan selalu ada yang kurang baik. Yang penting kita berusaha mengurangi ketidak-baikan di dalam diri kita. Begitu kita menyadari ada yang kurang baik dalam diri kita, maka kita harus berusaha keras untuk merubahnya menjadi baik. Sehingga timbangan kebaikan kita jauh lebih berat dibandingkan kekurangbaikan kita ” Kata saya menasihati sahabat saya sekaligus diri saya sendiri. Saya berharap suatu saat ketika kita mengingat kisah tentang si pohon kepasilan ini .Kita Lebih Memikirkan yang terbaik untuk sI pohon bukan yg terbaik untuk diri kita masing-masing. .
Perjalanan hidupnya masih panjang…lakukan yang terbaik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar