Sabtu, 28 Mei 2016

Mencintaimu, tanpa Mengambil Satu Hal pun Darimu

Jika aku bisa menghentikan denyut waktu, ku ingin menaruhmu ke dalam sebuah bingkai, menangkap cahaya di sekitarmu, mengagungkanmu dengan gita dan puja, memajang mengusungmu sebagaimana kau mestinya terlihat, lepas pisah dari noda dan pesona pada permukaan keseharian…

Kemudian aku akan berlutut, di sini di tengah jalanan, mengambil gambarmu. Tapi siapa yang akan percaya? Apakah hanya aku yang bisa melihatnya? Aku hanya ingin memandang, sebelum sesaat kemudian kau menghilang.

Aku hanya ingin mencintaimu, tanpa harus merenggut satu hal pun, dari dirimu Sebelum engkau halal bagiku..
 
Cinta hanya menunda kehilangan. Tapi kehilangan tak akan pernah terjadi tanpa keinginan untuk mendapatkan. Jadi, mengapa kita tidak merasa cukup dengan jatuh cinta saja, tanpa memaksa diri bangkit, mengejar dan menaklukkannya, untuk kemudian tahu, dia tak akan pernah seutuhnya didapatkan, tak kepadanya semua bisa tuntas terucapkan…

Maka di sini, pun di mana saja, semestinya kita hanya mengambil gambar-gambar, membingkai pesona demi pesona, menyimpan dan merapalkan kata-kata yang bertenaga, kapan saja jiwa merasa lemah dan dahaga.
Karena jika kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, bukankah kesuksesan juga kekalahan yang hanya menunggu saatnya? Tanpa keangkuhan seorang pemenang, tak perlu merasakan pedihnya jadi pecundang.
Juga karena dalamnya guratan luka, diukur dengan tingginya keangkuhan kita, maka sekali lagi, aku hanya ingin mengambil gambarmu, terpesona pada keindahanmu, mencintaimu tanpa sepengetahuanmu.

Biarlah kulakukan diam-diam seperti ini, sehingga ketika kau tak memantulkan arah rasa yang sama, aku tak perlu terluka. Pun bila aku merasa tiba saatnya untuk berhenti, kau pun tak perlu merasa tersakiti.

Tidak ada komentar:

Adventure pucuk merah